TRENDING TOPIC #PARIS ATTACK #USA vs RUSSIA #MOST VIDEO
Follow

mobile=only

Ini Kata Bachtiar Nasir Cara Menyikapi Isu ISIS

Saturday, September 27, 2014 09:30 WIB

Dibaca:   kali

atjehcyber, atjeh cyber, atjeh news, atjeh media, atjeh online, atjeh warrior, acehcyber, aceh cyber, aceh warrior, aceh cyber online, atjeh cyber warrior

Cendikiawan Ulama Muda Muslim Indonesia, Ust. Bachtiar Nasir memaparkan dalam ceramahnya bagaimana menyikapi isu Islamic State atau ISIS secara adil dan bijaksana.

Bachtiar Nasir mengatakan Ummat Islam di Indonesia dari belahan bumi yang barang kali paling jauh dari Mekkah, menurut Bachtiar, merupakan sebuah nikmat besar dari Allah SWT. Lalu bagaimana cara bersyukur setelah menerima nikmat ini?

Ada dua, kata Bachtiar, seraya mengutip ayat yang pertama ungkap Bachtiar, "An-aqimuddin".

"Tegakkanlah agama, tegakkan Tauhid, tegakkan ketaqwaan, dan tegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Jadikan taqwa sebagai bekal utama dalam menjalani hidup dan Surga adalah obsesi kita semua," ujar Bachtiar.

Menurutnya, apa yang sedang terjadi ini sangat menyakitkan orang-orang Musryik. Apalagi jika pesan pertama ini diajak ke semua orang, kata Bachtiar, "Pasti ada yang marah dan tidak suka".

Lalu yang kedua, "wa laa tatafarraqu fiihi, Dan janganlah kamu berpecah belah dalam beragama ini. wa usulihi wa furu'ihi"

Jangan berpecah belah dalam agamamu, lanjutnya, baik ditingkat ideologi -dasar beragama- dari rukun Iman, rukun Islam dan Rukun Ihsan.

Tapi sekarang, aliran-aliran sesat, ideologi-ideologi baru. termasuk ideologi Rafidhah dari kalangan Syi'ah, kata Bachtiar, sudah mengurangi dan memporak-porandakan rukun Iman dan Rukun Islam.

"Beda Adzan, beda Shalat dan banyak perbedaan lainnya," ungkap Bachtiar.

"Saya sampaikan ini karena ini juga menjadi rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang bahayanya Syi'ah rafidhah yang sedang menular di Indonesia," tandas Bachtiar.

"wa laa tatafarraqu fiihi dan jangan berpecah belah" lanjutnya. Memangnya saat ini sudah ada gejala memecah-belah Ustad?

"Kencang sekali," jawab Bachtiar. Yang pertama Bachtiar mencontohkan, Sisa-sisa Pilpres saja belum selesai.

"Yang perbedaan antara pilih no.1 - pilih no.2, bedasarkan ke-daerahan, bedasarkan kelompok (yang) bukan agamanya, La hawla wala quawata illa billah"

Kemudia, lanjut Bachtiar, yang paling kencang sekarang memecah belah kita ialah "Dibantainya kata-kata 'Islam' dan 'Khilafah'.

"Dikotorinya simbol-simbol Rasulullah SAW yang dibendera Hitam itu" ujar Bachtiar. Apapun yang terjadi sekarang, Ia mengatakan, Dirinya terpaksa membicarakan hal itu dalam khutbahnya.

"Karena yang jelas, Media kuffar sudah berhasil memecah belah ummat Islam."

Dengan cara apa? Umumnya umat Islam sekarang, kata Bachtiar, amat benci dengan yang namanya Islamic State.

"Kalau (mendengar) ada istilah Khilafah Islamiyah, umat Islam sudah benci saja, kesannya jahat, potong kepala, membunuh."

Mereka (media), kata Bachtiar juga berhasil mengotori 'Stamp' atau Stempel Rasulullah SAW.

"Jadi jika ada orang Islam melihat bendera Hitam ada tulisan Muhammad, Rasul, Allah -ummat Islam udah benci saja, Innalillahi wa inna ilaihi rajiun" tandasnya.

Ini yang menurutnya, media-media kuffar telah berhasil dalam hal ini.

Kemudian ia mempertanyakan mengapa ada hal-hal seperti itu dan kenapa yang melakukannya justru ummat Islam sendiri. Bachtiar lalu memaparkan sejarahnya, mengapa hal ini terjadi.

Menurutnya, hal ini memang harus terjadi yang sudah ditakdirkan Allah SWT, sebagai ujian bagi ummat Islam sekalian. Situasi ini pada akhirnya akan melahirkan orang-orang terpilih, menurut Bachtiar,

"Ada yang termakan Isu dan ada yang tetap berpegang pada agamanya dan ada yang tetap selalu berpikiran positif, atau ber-husnudzon kepada sesama muslim," ujarnya.

Jadi, menurut Bachtiar, ditengah rancunya isu-isu tentang ISIS ini nantinya ummat Islam akan terbagi menjadi dua kubu.

Menyikapi Isu ISIS secara Adil

Menurut Bachtiar, terkait ISIS sebenarnya ada 4 fase. Fase pertama, pasca perang di Suriah ada suatu gerakan di Irak yang ingin mendirikan 'Negara Islam Irak' - Ad Daulah wal Islamiyah fiil Iraq.

Lalu fase kedua meningkat mendirikan negara di Iraq dan Suriah, maka jadilah 'Ad Daulah wal Islamiyah fiil Iraq wa Syam" atau Islamic State Iraq and Syam (ISIS).

Kemudian fase ketiga, masih menurut Bachtiar, pada 1 Ramadhan yang fase kedua dibatalkan.

"Sebetulnya ISIS sudah tidak ada lagi yang kita bicarakan sekarang. Pada fase ketiga ini mereka mengumumkan Al-Khilafah Al-Islamiyah fil Iraq wa Syam. Jadi sudah Islamic Chaliphate atau Khalifah Islam di Iraq dan Syam" tutur Bachtiar.

"Dan terakhir, fase keempat menjadi IS (Islamic State), bukan lagi ISIS. Al-Khilafah Al-Islamiyah untuk seluruh dunia," ungkapnya. "Jadi ISIS sudah tak ada lagi sebetulnya sejak bulan Ramadhan," lanjut Bachtiar.

Bersikap Bijak menerima berita

Bachtiar Nasir kemudian memberikan panduan, bagaimana cara cerdas dan bijaksana menyikapi informasi tentang ISIS ini. Menurut Bachtiar ada 3 golongan orang, yang pertama adalah orang awam (acuh), kelompok musuh, dan orang yang bijak.

"Orang awam biasanya cuek, biasa-biasa aja, nggak mau mikirin. Ini kelompok orang awam," ujar Bachtiar.

Sementara kelompok kedua, kata Bachtiar adalah kelompok musuh.

"Ah, (kelompok) ini senang sekali mem-forward berita-berita -kepala dipotong, orang dibunuh, yang jelek-jeleknya semua, seakan-akan tidak ada baiknya. Pokoknya Islam itu (menurut mereka) kejam aja bawaannya. Ini musuh menggoreng (berita) disini," tukas Bachtiar.

Kata Bachtiar, dirinya menyadari hal itu ketika belum lama ini adanya pertemuan Ulama muda se-Asia Tenggara. Ia mengatakan, dirinya dan "teman-teman" ulama muda Indonesia dengan semangat 45 -dengan menggebu-gebu- sudah menyusun konsep bagaimana menyikapi isu ISIS ini.

"Eh ternyata, teman-teman (ulama muda) Asia tenggara ketika diajak ngomong soal (ISIS) ini, justru tidak banyak tahu," ujar Bachtiar.

Bachtiar menyadari bahwa, isu ISIS ini memang sengaja "digoreng" di Indonesia saja.

"Jadi ternyata ada yang sedang 'jualan' disini, ada yang 'main' ternyata di Indonesia," ucapnya.

Sementara yang ketiga, adalah orang-orang bijaksana. Menurut Bachtiar, orang yang masuk dalam kelompok ini biasanya ketika menerima informasi secara hati-hati serta bisa memilah dan memilih berita dari mana berita yang mereka terima.

"Mereka tahu (bila) menerima informasi dari orang-orang jujur, amanah, orang (ulama) yang berilmu, mereka tahu," ujarnya.

Orang bijak, menurutnya, didasari oleh ilmu bukan praduga dan mereka punya prinsip. Orang berilmu bila menyampaikan informasi biasanya memiliki prinsip; "Salah memaafkan lebih baik daripada salah menuduh".

"Jika (mereka) menerima informasi yang kurang jelas, lalu ingin menyikapi orang yang belum jelas, lebih baik salah memaafkan daripada salah menuduh," tandasnya.

Yang kedua, kata Bachtiar, mereka juga tahu jika (berita) yang mereka terima dari orang-orang fasik.

"Terutama orang-orang fasik ini dari media-media yang memusuhi Islam, atau orang-orang Islam yang munafik yang 'bermain' di Televisi-televisi dan radio-radio mainstream. Ini (orang-orang) yang tidak faham, Islam tidak faham tapi langsung menghajar. Inilah (berita-berita) yang banyak diserap oleh orang Islam di Indonesia," papar Bachtiar.

Lalu ada apa dibalik itu semua?

Bachtiar memaparkan kutipan dari ceramahnya Syeikh Az Zindany, Beliau mengatakan sebuah laporan resmi dari Departemen Pertahanan AS (Pentagon) kepada Barack Obama menyatakan bahwa, berdasarkan ilmu Futurologi --ilmu yang mempelajari tentang masa depan, mempelajari segala prognosa ilmiah tentang situasi dan kondisi masa mendatang, berdasarkan Ekonomi, Politik, Militer dll--.

Para Futurolog AS ini menyatakan, pada tahun 2025 tidak bisa dibendung bahwa akan lahir sebuah negara bernama Khilafah Islamiyah.

Bachtiar melanjutkan, berbeda dengan Russia. Wakil ketua parlemen Rusia (Kremlin) dalam laporan resminya menyatakan, bahwa tahun 2020 akan lahir sebuah peradaban baru di sebelah timur China terbentang sampai sebelah Barat samudera Atlantik.

Peradaban baru tak bisa dibendung itu bernama "Khilafah Islamiyah".

Menurut Bachtiar, Para Analis ini mereka memang lebih cerdas dari kita untuk menerawang masa depan berdasarkan kontek-kontek kekinian.

"Tapi mereka punya kelemahan tidak memiliki ilmu bil Ghaib, (merekatidak punya ilmu tentang Hadits Nabi SAW ketika memprediksi masa depan, bahwa nanti di akhir zaman, orang-orang terbaik di muka bumi akan berkumpul di Syam dan orang-orang buruk di muka bumi akan berkumpul di Iraq, Itu Hadits Nabi SAW," ungkap Bachtiar.

"Dan wilayah pertempuran itu akan terjadi di Syam," tandasnya.

"Seandainya Anda menjadi Amerika atau Rusia, apa yang harus Anda lakukan supaya Khilafah Islamiyah tidak bangkit tahun 2020 atau 2025?. Maka, yang harus Anda lakukan adalah merusak pencitraan Khilafah Islamiyah itu," ucap Bachtiar meumpamakan.

Ia melanjutkan, yakni merusak simbol-simbol yang bisa menyatukan ummat Islam di dunia. Merusak apa saja sendi-sendi yang membuat Ummat Islam itu bersatu membangun kekuatannya di seluruh dunia.

"Inilah yang sesungguhnya yang sedang terjadi, dan Indonesia adalah sasaran empuknya. Sebab, negara ini mayoritas Muslim sedunia, yang kebetulan sedang nggak jelas siapa pemimpin umat Islam-nya," timpalnya.

Menurut pandangan Bachtiar, Indonesia saat ini jika digambarkan dalam Hadits Nabi, seperti makanan yang sedang dicabik-cabik. Dan kenapa ini bisa terjadi pada umat Islam di Indonesia?

"Karena harus Jujur, Ummat Islam di Indonesia sedang terserang penyakit berbahaya yang bernama Al-Wahn, yang artinya 'Cinta dunia dan takut mati'," demikian Bachtiar Nasir.

Video Lengkap bisa dilihat disini:



DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
KOMENTAR
DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
Artikel Pilihan Pembaca :

mobile=show