Nelayan Aceh Mengaku Siap Menolong Lagi:

“Kami Orang Susah, Tapi Mereka Lebih Susah”

Nelayan Aceh Mengaku Siap Menolong Lagi:

“Kami Orang Susah, Tapi Mereka Lebih Susah”
TRENDING TOPIC #PARIS ATTACK #USA vs RUSSIA #MOST VIDEO
Follow

atjehcyber thumbkanan

rental mobil di aceh, rental mobil aceh, jasa rental mobil aceh, sewa mobil di aceh, rental mobil banda aceh, sewa mobil di banda aceh

atjehcyber stick

Nelayan Aceh Mengaku Siap Menolong Lagi:

“Kami Orang Susah, Tapi Mereka Lebih Susah”

Tuesday, June 02, 2015 14:45 WIB

Dibaca:   kali

atjehcyber, atjeh cyber, atjeh news, atjeh media, atjeh online, atjeh warrior, acehcyber, aceh cyber, aceh warrior, aceh cyber online, atjeh cyber warrior
Ibrahim, seorang nelayan Aceh yang selamatkan ratusan pengungsi Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di Selat Malaka. Foto oleh Rio Tuasikal/Asia Calling

Pukul 8 malam yang tenang di Selat Malaka, Ibrahim hampir selesai mengangkat pukat ikan ketika ada nelayan kecil memberitahu ada kapal yang akan tenggelam.

“Jumpa nelayan pancing. Dia minta tolong sama kami. Kami buka langgar besar kapalnya. Orang pancing ini tidak muat, karena di sana ada 1.000

lebih. Perahu mereka hanya cukup 20-30 orang. Jadi minta bantuan sama kami,” kata Ibrahim, seorang nelayan lokal, saat pertama kali mendengar kabar mengenai ratusan pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh yang terdampar, kebanyakan dari mereka adalah warga etnnis Rohingya.

Tangkapan pun dilepas. Ibrahim lalu memimpin perahunya, Laskar Minabahari, menuju perbatasan Malaysia. Lepas 30 menit, dia melihat pemandangan mengerikan. Buntut perahu sudah tenggelam, mirip adegan di film Titanic.

“Sampai di situ kami pasang lampu. Nampak orang sedang terapung, seperti bebek. Banyak yang tenggelam. Sebagian yang tenggelam itu yang kami

selamatkan. Kapalnya sudah miring. Tumpah orang semua. Muatannya kan penuh. Orang berdiri begini (tidak bisa bergerak). Sempit sekali. Isinya kan sampai seribu lebih, sementara kapalnya tidak terlalu besar. Orangnya bukan lompat tapi tumpah. Kapalnya nggak jalan dan sudah banyak air yang masuk,” ujar Ibrahim.

Kapal yang kelima pun sampai. Ibrahim bersama 30 awak kapalnya langsung menurunkan tali untuk mengangkut para pengungsi. Kapalnya membawa 180-an orang.

“Ada yang kurang baju, nggak ada celana, kami kasih apa baju kami yang basah. Makanan juga. Kami punya 4 dandang bekal makanan kami. Minum juga. Ada yang sedang berdarah lari ke kita. Kami kasih bawang dan gula untuk menutup lukanya,” tutur Ibrahim.

Ibrahim mengaku memakai bahasa tubuh untuk berkomunikasi karena hampir seluruhnya tidak mengerti bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia.

Hampir subuh ketika Ibrahim dan kapal-kapal lain sampai di dermaga Kuala Langsa, Kota Langsa. Dia lalu menyerahkan para pengungsi kepada polisi air yang malah memarahinya.

“Dia tanya, kenapa tidak ditolak? Kalau memang pengungsi masih di dalam kapal, kami tidak ambil. Kalau dia di dalam kapal yang baik, oh ini orang terlantar, kami kasih makan. Tapi yang di dalam air ini harus kami ambil, itu prinsip kami di laut. Ini mereka sedang berenang di air, banyak yang tenggelam,” kata Ibrahim.

“Kalau kita memang manusia, kita lihat kondisi. Kalau manusia ini sedang sekarat akan tetap kami bawa. Tidak ada istilah jangan. Kalau mereka sekarat berenang di dalam air kan butuh bantuan. Itu tidak ada perintah dari siapa pun harus kita bantu,” ujar Ibrahim.

Muhammad Amin, salah seorang pengungsi Rohingya mengatakan nelayan seperti Ibrahim adalah pahlawan.

“Jika tidak ada orang Aceh yang melaut hari itu, semua orang akan mati. Kami akan mati kalau tidak diselamatkan nelayan,” kata Amin.

Pengungsi lain yang bernama Hasan mengaku para nelayan telah memberi mereka hidup baru.

“Saya selalu berdoa negara kalian mau menyelamatkan kami. Jika tidak mungkin kami sudah mati di sana,” kata Hasan dalam bahasa Inggris.

Komite Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mencatat masih ada tujuh ribu manusia perahu lain yang terombang ambing di selatan Myanmar.

Ibrahim dan para nelayan lain bersepakat akan melaporkan imigran gelap jika sampai masuk ke desa.

“Kalau memang mereka dalam perahu yang masih bagus kami tidak bawa.Kalau dalam perahu kan tidak membutuhkan pertolongan. Kalau sudah tumpah ke air, itu kami bawa. Itu kan ada petugas, negara kita punya keamanan, kenapa mereka bisa melewati perbatasan? Apa tidak ada yang jaga?”

Pengungsi Rohingya dan Bangladesh itu kini ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa. Pelabuhan ini bersebelahan dengan tempat pembongkaran ikan di mana kapal Ibrahim berlabuh.

Ibrahim mengaku rugi secara materi saat aksi menyelamatkan pengungsi itu.

“Kami tidak bisa cari rejeki. Saat itu kami belum ada tangkapan, kami harus menolong. Kami pulang. Sampai sekarang belum berangkat lagi. Kini lampu bermasalah. Kami tidak bisa berangkat. Serba salah sekarang ini,” aku Ibrahim.

Tapi ketika Ibrahim berkunjung ke pengungsian, dia tahu bahwa ia dan rekan-rekannya sudah melakukan hal yang benar.

“Kami juga orang susah, Tapi mereka lebih susah. Mereka ditakdirkan kesini kan bukan untuk meminta makanan kepada kami. Yang penting pemerintah mau tampung selama satu tahun, jadi selama pemerintah mampu, tak jadi masalah,” ucap Ibrahim.

Ucapan terimakasih dari para pengungsi membuatnya siap untuk menolong pengungsi lagi.

“Sebetulnya kami rugi (materi). Tapi yang namanya kemanusiaan. Demi manusia,” kata Ibrahim.

Nelayan Aceh, Razali, juga mengutarakan hal senada. Ia berkorban materi. Bahan makanan untuk di laut berhari-hari habis dibagikan kepada para pengungsi.

’’Ya, saya kira sekitar Rp 5 juta. Tetapi, saya ikhlas. Rezeki bisa dicari. Tetapi, kesempatan menyelamatkan ratusan nyawa orang, kapan lagi kami dapat?’’ katanya.

"Kami tidak menyesal menyelamatkan mereka, ini kebanggaan bagi kami jadi pelaut. Di laut jika ada yang butuh pertolongan pasti dibantu," ujar Sunan, 38, nelayan Aceh lainnya.



— Asia Calling, KBR
KOMENTAR
DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
Artikel Pilihan Pembaca :

mobile=show

Copyright © 2015 ATJEHCYBER — All Rights Reserved